Rekreasi bukan lagi menjadi barang lux. Kesadaran tentang pentingnya rekreasi sebagai relaxasi kejenuhan dari rutinitas kerja, sudah memasyarakat. Hal ini bisa terlihat dari peningkatan jumlah obyek wisata dan kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun.
Seiring dengan peningkatan tersebut, masyarakat juga semakin selektif dalam memilih obyek wisata. Lalu, untuk mempermudah masyarakat dalam menentukan pilihannya, wisata digolongkan menjadi jenis wisata alam, sejarah, religi, belanja, kuliner, industri dan lain-lain.
Globalisasi menjadikan para konsumen produk wisata menjadi feminim. Wisata alam sekarangpun dituntut bukan hanya mampu menghadirkan keindahan alam, tetapi juga mampu bernilai edukatif dengan melibatkan petualangan alam atau tantangan.
Walaupun telah dibuktikan secara medis makanan dapat menurunkan stress, kemunculan wisata kuliner merupakan suatu fenomena tersendiri. Disadari atau tidak, mereka yang memanjakan cita rasa, meng-claim bahwa sensasi petualangan wisata kuliner, tidak kalah dibanding jenis wisata lainnya. Bahkan, para kulinerer , julukan pecinta wisata kuliner, mampu memetakan obyek wisata kuliner layaknya para pendaki gunung mampu mengingat pos-pos pemberhentian yang mereka lewati.
Reinkarnasi ”Taman Buah Mekarsari” tahun 2001 di Jawa Barat merupakan Milestone wisata agro yang bernilai edukatif. Tidak ada gunung, tidak ada pantai, namun di Taman Buah Mekarsari wisatawan bukan hanya diajak berkeliling mengenal berbagai pohon buah, tetapi juga dapat memetik buah tersebut langsung dari pohonnya. Dagangan alam yang ditawarkan Taman Buah Mekarsari tersebut laku keras.
Sementara itu Tahun 1994-an di Jakarta, berkembang pendidikan para calon eksekutif yang melibatkan kegiatan semi kemiliteran dalam pembentukan karakter kepemimpinan. Kegiatan tersebut dikenal dengan ”Out Bound” . Keberhasilan kegiatan Out Bound dalam pembentukan karakter kepribadian positif, menyebabkan Out Bound tetap eksis dan populer sampai saat ini.
Pada tahun 1999 di Kendal, berawal dari tempat kolam renang, ”Taman Rekreasi Tirto Arum Baru” , berusaha menjadi tempat wisata yang terlengkap di Jawa Tengah. Jika di Jawa Barat kisah keberhasilan Taman Buah Mekarsari diikuti oleh Agrowisata Pasir Mukti dan Perkebunan Teh Gunung Mas Puncak , di Jawa Tengah Agrowisata Tirto Arum Baru diikuti Agrowisata Tlogo, Banaran, Pagilaran, Umbul Sidomukti dan Sondokoro .
Maraknya diversifikasi bidang usaha perkebunan ke agrowisata di sekitar tahun 2003, punya cerita tersendiri. Lelah hanya menjadi saksi suksesnya event wisata agro dan persoalan keterpurukan harga beberapa komoditi perkebunan, perusahaan perkebunan bangkit untuk menjadi Tuan di tanahnya sendiri.
Perkebunan Teh Gunung Mas di Puncak Jawa Barat adalah contoh sukses diversikasi bidang usaha perkebunan negara ke agrowisata. Diversifikasi ke bidang usaha agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas bukan hanya cespleng mampu menutup defisit pada saat harga komoditi hasil perkebunan jatuh, tetapi juga mampu menggerakkan roda perekonomian penduduk sekitar.
Sejak itu, Pemerintah memberikan perhatian khusus dengan memberikan perizinan area perkebunan negara untuk dijadikan agrowisata dan menyerahkan tanggung jawab pengelolaannya kepada Departemen Pertanian.
Dari banyak perusahaan perkebunan yang melakukan diversifikasi, hanya beberapa yang sukses, sedangkan lainnya masih banyak yang terkendala masalah sulitnya merubah ”Mindset” perusahaan perkebunan ke pariwisata.
Hal yang dijelaskan diatas hanya sebagai ilustrasi bahwa bisnis wisata agro, memiliki prospek masa depan yang cerah. Kerinduan suasana pedesaan akan meningkat seiring dengan semakin langkanya alam yang asri. Dipastikan, dengan mengabungkan wisata agro, kuliner dan out bound yang bernilai science akan menjadi akan menjadi satu paket wisata yang menarik di masa kini dan mendatang..